Bagaimana Nasib Facebook, Google dan Whatsapp pasca diboikot FPI?


Jakarta - Kilat Cilacap, Era globalisasi merupakan zaman dimana gadget menjadi pilihan utama manusia untuk menyampaikan. Realitas bagaikan kehidupan semu dan media maya sama halnya realitas sesungguhnya membaca manusia. Kalau diartikan sinetron mungkin inilah dunia terbalik hari ini.

Maraknya isu hoax dan wacana yang dibikin oleh robot bagaikan kehidupan pembanding realitas manusia milenial. Hal ini menuntut pemerintah reaktif dalam memfilter segala informasi yang ada dalam media maya dalam tanda kutip keabsahan informasi perlu di monitoring agar isu perpecahan dapat dicegah dan mampu menenangkan kehidupan masyarakat secara umum.

Pemerintah selama 2017 secara tegas memblokir website dan sosial media dengan konten yang membuat pemicu konflik antar rakyat indonesia. Hal serupa dirasakan ormas FPI dimana twitter dan fanspage diblokir oleh pemerintah, bahkan akun si bos FPI tak kalah ikut diblokir semeskipun ormas ini tak sampai di bubarkan seperti yang diterima Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI ). 

Meskipun ormas ini masih eksis di indonesia bahkan fatwa fatwa yang dikeluarkan masih saja menjadi tuntutan para pengikutnya walaupun terkadang terlihat konyol dan justru membuat sektarian diantara keberagaman masyarakat indonesia.

Novel mewakili FPI dalam jumpa pers nya menyampaikan pada hari Senin (25/12) bertepatan dengan Hari Natal, dia memberikan peringatan keras kepada seluruh alumni 212 untuk menonaktifkan Facebook, Google dan Whatsapp. Hal ini dilakukan dengan alasan perusahan starup ini tidak mendukung ajaran syiar islam, untuk itu novel menegaskan pihaknya bersama FPI sedang mengembangkan aplikasi penggantinya.

Meski masih dalam pengembangan namun novel mengatakan sudah dapat diakses dan digunakan oleh umat islam. Ketiga aplikasi penggantinya adalah Redaksitimes.com pengganti Facebook, Geevv.com pengganti Google dan Callind.com sebagai pengganti Whatsapp.

Lalu setelah ada beberapa aplikasi yang dibuat oleh FPI apakah nanti pemerintah masih dapat mengontrol ormas ini dalam bergerak di Indonesia. Ya jawabannya tetap kita menunggu sikap pemerintah indonesia dengan adanya gerakan semacam ini. Karena sejarah sudah terbukti dimana Revolusi Sosial Media yang dimulai sejak 2011 di Amerika mampu mengubah sistem pemerintahan, mungkinkah akan terjadi kembali revolusi di Indonesia.

Pancasila dan Khilafah menjadi wacana heboh yang sangat mencengangkan di dua tahun ini, keberadaan Pancasila seolah - olah terongrong oleh bebrapa oknum yang tidak bertanggung jawab, semoga adanya revolusinya mental yang dilakukan FPI Indonesia akan tetap kuat dan selalu bersatu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didasarkan Pancasila.

Artikel Lain

0 Comments

Post a Comment

Disqus